Dari Kopi Kita Tahu
- M.Rachman Alghaniy
- Mar 1, 2023
- 3 min read
Updated: Dec 9, 2023
Dari Kopi kita tahu “Semakin kita memuncaki klasemen atas pada hidup, Semakin Produktif kita. Semakin kita memasuki usia senja, semakin sadar kita atas kondisi yang ada.”

Photo by Rodrigo Flores on Unsplash
Baru-baru ini aku mengikuti pelatihan budi daya biji kopi. Di salah satu tempat pelatihan di Lembang, Bandung Raya. Aku sedikit memahami bagaimana cara industri agraris begitu melekat dengan petani lokal negeri ibu pertiwi. Aku sangat menghargai mereka yang susah payah menanam benih sampai hingga dikonsumsi masyarakat luas. Naasnya kampanye pembicara di pelatihanku kemarin masih saja berlangsung, “Petani masih selalu tidak dihargai oleh pasar”. Tapi, bukan itu yang akan aku bahas Melainkan merubah pola pikir generasi milenial yang seharusnya sadar penerus kemajuan industri agraris bereda di tangan kita.
Esensi Kopi
Kopi memang selalu menjadi pujaan bagi kaum milenial. Beberapa kerabat terdekatku juga sangat mencintai kopi. Tak masalah jika kamu pecinta kopi Sachet-an, manual brew, atau mesin kopi tercanggih sekalipun, yang jelas adalah kita semua pecinta kopi. Aku tidak akan berbagi mengenai bagaimana cara kita mengelola sebuah biji kopi dari Hulu sampai Hilir, Tidak. Aku ingin mematahkan tren bahwa menjadi penikmat saja bukan modal yang kuat untuk bermain di Industri Kopi. Sudah terlalu banyak pola pikir milenial yang ingin memiliki kedai kopinya sendiri. Dan pada akhirnya, sudah terlalu melenceng dari esensi mengkonsumsi kopi itu sendiri.
Berinvestasi dengan Kopi
Sebagai seorang yang bukan dari bidang pertanian, aku sedikit tertarik dalam menanam biji kopi. Namun, kopi bukanlah hal yang dapat dijadikan pintu rezeki utama bagi petani. Usia produktifnya berada di tahun ke 2 atau 3 sampai 9. Karena itu, jika kamu kaum milenial yang bukan hanya sekedar membeli tanah di pesisir melainkan juga ingin menghasilkan, kopi adalah investasi yang sangat menguntungkan. Tapi, kamu perlu banyak belajar untuk ke arah sana. Maka dari itu, para petani tidak hanya menanam kebunnya oleh biji kopi saja. Mereka membaginya ke beberapa bagian kebun.
Lebih jauh dari itu, kopi bukanlah untuk dikelola oleh sendirian, baik dari mulai penanaman biji kopi sampai ke kedai kopi yang dinikmati konsumen. Untuk itu berinvestasi dengan kopi kamu harus memiliki keyakinan kamu akan melakukan bisnis kopi sebagai pelaku atau sebagai pemberi modal. Karena jika kamu melakukannya sebagai pelaku maka kamu akan digerus oleh waktu untuk mencapai hal yang ingin kamu lakukan dengan kedaimu kelak.
Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
Ayahku seorang pecinta kopi, kopi sasetan, ketika ditawari kopi arabica ia tidak menyukainya. Ya, karena keluargaku tidak tahu bagaimana cara mengolah kopi dengan baik. Jadi, pecinta kopi sasetan bukanlah orang yang tidak menyukai kopi murni yang ada, melainkan pengetahuannya yang belum sampai untuk mengolah kopi tersebut. Aku tidak mempermasalahkan apa atau bagaimana cara kita menikmati kopi. Satu hal yang kalian harus yakini bersama bahwa kopi adalah minuman yang dapat merusak kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Meskipun pada akhirnya saya sendiri tidak akan berhenti meminumnya.
Baik kopi saset maupun kopi murni buatan sendiri, kita perlu mengetahui takaran yang pas untuk mengonsumsi sebuah kopi. Biasanya takaran gramasi yang standar digunakan oleh barista adalah 10–15 gram. Namun jika tubuhmu memiliki daya tahan yang kurang baik, maka kopi dapat membuatmu bereaksi berlebihan seperti pusing, gemetar, dan sebagainya.
Setelah ini
Setelah ini aku akan lebih banyak mengamati industri kopi. Aku ingin mencoba membuat kopi buatanku sendiri. Aku ingin mengetahui bagaimana cara mengolah biji kopi dengan mesin manual. Aku ingin mencoba memiliki lahan kebun kopiku sendiri. Dan aku ingin bisa menikmati kopi di setiap pagi atau sore.
Sebab kopi adalah teman, teman dalam menghangatkan perbincangan antara dua atau lebih pemikiran dewasa. Oh ya, penikmat kopi tidak harus perokok berat. Aku sangat benci dengan stigma orang yang mewajibkan kopi harus dibarengi rokok. Kopi ya kopi, rokok hanya pelepas penat seseorang. Tapi, ya itu hanya pendapatku.
Dari kopi kita tahu, bahwa proses hanya sebuah langkah menuju kenikmatan yang kita nantikan.
Comments